Makalah Haqiqah Iman Wassamrotuhu



MAKALAH
HAQIQAH IMAN WASSAMROTUHU
Disususn sebagai tugas dari Mata Kuliah Islam dan ke-MA-an
Dosen pengampu: Ir. H. Jihaduddin, M.Pd
UNMA-FA

Oleh:
·         Rifa Atun Nisa
·         Mumun Mu’awanah
·         Wenika Sugia R.

FAKULTAS AGAMA
UNIVERSITAS MATHLA’UL ANWAR BANTEN
Akademik Tahun 2015/1016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, sumber segala nikmat dan karunia yang tiada tara, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya terhadap cipataan-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, manusia pilihan yang telah memerikan cahaya kepada manusia dan alam semesta sampai akhir zaman.
Berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan meskipun masih banyak kekurangan. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Islam dan ke-MA-an.
            Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini.

                                                                                                Menes, 17 Maret 2016

                                                                                                            penyusun



                                                                DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Belakang Masalah......................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah........................................................................ 1
C.     Tujuan Penulisan.......................................................................... 2
D.    Manfaat penulisan........................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Haqiqah Iman............................................................. 3
B.     Iman kepada Allah swt................................................................. 6
C.     Iman kepada Malaikat Allah........................................................ 7
D.    Iman kepada Kitab-kitab Allah.................................................... 8
E.     Iman kepada Rosul Allah........................................................... 10
F.      Iman kepada Hari Akhir............................................................. 11
G.    Iman kepada Qadha dan Qadhar............................................... 12
BAB III PENUTUP
A.    Simpulan..................................................................................... 14
B.     Saran........................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Rukun Iman adalah suatu hal yang harus dipercayai dan diyakini oleh seorang muslim, karna sebagai seorang muslim kita wajib meyakini adanya Allah SWT, dan beriman kepada-Nya. Kita juga harus mengimani malaikat-malaikat-Nya, yakni kita percaya bahwa para malaikat itu memang benar adanya, yang diutus langsung oleh Allah SWT. dengan tugasnya masing-masing, selanjutnya kita harus beriman kepada kitab-kitab Allah SWT. dan percaya bahwa Allah SWT. telah menurunkan kitab suci-Nya kepada para rosul melalui malaikat, mempercayai adanya para rosul Allah yang diutus langsung oleh Allah untuk menyampaikan wahyu yang telah Allah berikan kepadanya, mempercayai akan adanya hari akhir, dan yakin kepada qadha dan qadhar yang telah ditetapkan Allah kepada kita.
Oleh karna itu, kita sebagai umat muslim wajib mengamalkan ke enam rukun iman tersebut. agar keimanan yang kita miliki semakin bertambah.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan rukum iman ?
2.      Apa yang dimaksud dengan iman kepada Allah ?
3.      Apa yang dimaksud dengan iman kepada Qadha dan Qadhar ?
4.      Apa yang dimaksud dengan iman kepada hari akhir ?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk memenuhi tugas dari Mata Kuliah Islam dan ke-MA-an
2.      Untuk menambah pengetahuan tentang iman kepada Allah
3.      Untuk mendapatkan pemahaman tentang iman kepada Qadha dan Qadhar
4.      Untuk memahami tentang iman kepada hari akhir
D.    Manfaat Penulisan
1.        Mendapat pengetahuan tentang pengertian rukun iman
2.        Mendapat pemahaman tenatng iman kepada Allah
3.        Dapat memehami tentang iman kepada Qadha dan Qadhar
4.        Dapat mengetahui penjelasan dari iman kepada hari akhir


BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Haqiqah secara harfiah, haqiqah berarti “yang nyata”.”yang benar” dan “yang sejati”. Sesuatu diketahui hakikatnya ketika telah menunjukan kepastianya yang telah tetap , sehingga tidak dapat diingkari lagi. Para pakar ilmu hakikat (ilmu tasawuf) menjelaskan bahwa hakikat adalah konsep –konsep yang tumbuh mengakar di dalam hati berupa kejelasan-kejelasan dan ketersingkapan hal-hal samar (goib), rahasia wujud. Ini merupakan pemberian Allah untuk hamba-hambanya, sebagai kemuliaan (keramat) bagi mereka yang dengan ini dapat sampai pada kebajikan dan ketaatan. Hakikat adalah kesadaran batin bahwa Allah-lah satu-satunya Dzat yang menggerakan segala sesuatu, menunjukan dan menyesatkan jalan, memuliakan dan menghinakan, memberikan bantuan dan menelantarkan memberi kekuasaan dan mencabutnya. Segala yang baik dan buruk berguna dan berbahaya, iman dan kufur, kebodohan dan kejelasan, semua tarjadi da nada karena ditentukan oleh Allah.
Dalam hal ini hakikat dimaksudkan dengan tingkatan seseorang mengamalkan agama ini, serta kedalaman seseorang dalam menjalankan agama untuk tujuan sebenarnya. Dari sisi pengetahuan agama dan pengamalanya, maka hakikat berarti pemahaman seseorang akan arti menjalankan agama ini dan mengenal tujuan agama ini bagi manusia yaitu dapat menghadirkan dirinya sebagai hamba yang sadar akan Tuhanya, sehingga dapat menampilkan dirinya sebagai ideal Allah.
Dari segi bahasa iman berarti tashdiq atau membenarkan, sedangkan menurut istilah syara’ iman adalah tashdiq bil qolbi atau membenarkan dengan hati semua pengakuan akan hal tersebut dengan lidah atau lisan. Seperti:
a.       Keberadaan Allah sebagai Maha Pencipta, dan tidak ada sesuatu pun yang menjadi sekutu bagi-Nya
b.      keberadaan Makhluk Allah yaitu Malaikat, mereka adalah hamba Allah yang dimulikan, yang tidak pernah melakukan maksiat dan selalu melakukan perintah Allah.
c.       Keberadaan seluruh kitab samawi yang diturunkan oleh Allah dan meyakini bahwa kitab-kitab tersebut merupakan syari’at Alla.
d.      Keberadaan seluruh rasul yang telah dipilih dan diutus oleh Allah untuk membimbing umat manusia.
e.       Keberadaan hari kiamat
f.       Keberadaan takdir
Iman akan terealisasi dengan pembenaran dan pengakuan yang mendalam terhadap rububiyatullah (bahwa Allah adalah pengatur, pemelihara, dan penjaga) dan rukun iman lainnya. Nabi Muhammad menjelaskan bahwa keimanan tidak akan kokoh dan mengakar dalam diri seorang muslim, kecuali jika ia menjadi manusia yang baik dan menghindari egoisme, rasa dendam, kebencian, dan kedengkian. Ia menghendaki kebaikan dan kebahagiaan untuk orang lain, sebagaimana ia menginginkan kebaikan dan kebahagian untuk dirinya sendiri[1]
Rasulullah saw bersabda:                       
kamu mencintai sesuautu (kebaikan) untuk saudaramu sebagaimana kamu mencintai untuk dirimu sendiri, dan membenci untuk sesuatu (keburukan) untuk mereka sebagaimana kamu membenci dirimu sendiri” (HR. Ahmad)
Rukun diibaratkan seperti tiang iman bagi setiap mukmin, maka seseorang yang belum memiliki atau tidak percaya dengan adanya rukun iman maka  tidak diakui sebagai seorang mukmin. Dengan kata lain, orang tersebut dianggap sebagai orang kafir. Konsekuensinya dari penggolongan seseorang sebagai kafir adalah orang tersebut akan kekal didalam neraka.
Setelah mengenal rukun  iman secara sekilas, kini saatnya kita bahas masing-masing rukun iman satu persatu secara mendetail.
Allah berfirman dalam surat An-Nisa : 136
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kepada kitab yang telah Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kepada kitab yang telah Allah turunkan sebelumnya. Barang siapa yang kafir kepada Allah,  Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, dan hari kiamat, maka sungguh ia telah sesat sejauh-jauhnya.”[2]
B.     Iman kepada Allah
Iman kepada Allah mencermikan hubungan paling mulai antara manusia dengan Penciptanya. Hal ini dikarenakan makhluk yang paling mulia di muka bumi adalah manusia, dan sesuatu yang ada di dalam diri manusia yang paling mulia adalah hatinya, sedangkan sesuatu yang ada di dalam hati yang paling mulia adalah keimanan.
Sebagaimana iman tercermin dalam bentuk cinta (kepada Allah dan Rasul-Nya), maka keimanan juga tercermin di dalam jihad meninggikan kalimat Allah dan berjuang meninggikan bendera kebenaran,  menghentikan kezaliman dan kerusakan di bumi. Pengaruh dan dampak iman akan tampak dengan jelas dalam rasa takut kepada Allah.
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama.” (Fathir :28)     
Untuk menjadi seorang mukmin, setiap orang harus mengenal Allah SWT. terlebih dahulu. Mengenal Allah SWT. sebagai tuhan yang kita sembah.
Iman kepada Allah yakni percaya bahwa Allah esa zat-Nya, sifat dan perbuatan-Nya. Sebagian ulama berkata: "Iman kepada Allah ada empat rukun, yaitu percaya kepada kuasa Allah, percaya kepada takdir, sama sekali tidak merasa memiliki daya upaya, meminta tolong kepada Allah dalam seluruh hal." Demikian disebutkan dalam 'Awarif Al Ma'arif.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa kita sebagai umat islam wajib mempercayai adanya Allah, mempercayai akan zat-Nya yang esa, dan mengetahui sifat-sifat wajib bagi Allah, sifat mustahil dan sifat jaiz bagi Allah SWT.
A.    Iman kepada Malaikat Allah
Makna dari beriman kepada malaikat adalah kita harus menyakini bahwa Allah telah menciptakan para malaikat, dan meyakini bahwa :
a.       Malaikat bukanlah seorang laki-laki ataupun perempuan
b.      Malaikat tidak makan dan minum
c.       Malaikat tidak tidur
d.      Malaikat tidak menikah, dan tidak memiliki hawa nafsu
e.       Malaikat adalah makhluk yang paling mulia diantara makhluk yang lainnya, karna malaikat selalu patuh dan taat atas apa yang diperintahkan Allah kepadanya.
Sebagai mana firman Allah dalam surat Al-Baqarah : 34.
Artinya:”Dan (ingatlah) ketika kami berfirman kepada para Malaikat : “ sujudlah kamu kepada Nabi Adam, “ maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur maka ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.”
beriman kepada para malaikat Allah. Yakni percaya bahwa makhluk alam atas yang berupa cahaya itu adalah hamba-hamba Allah, tidak sebagaimana dikatakan orang kafir: "Malaikat adalah anak wanita Allah"
B.     Iman kepada kitab Allah
Iman yang ketiga merupakan iman kepada kitab – kitab allah .beriman disini bermakna meyakini bahwa segala sesuatu yang Allah SWT. turunkan adalah kalam Allah yang bersifat azaly dan qadim yang berada pada zatnya dan tidak bersuara. Singkatnya, kita harus meyakini bahwa kalam tersebut bukanlah makhluk, bukan ciptaan, melainkan menyatu dengan dzat Allah SWT
Allah SWT menurunkan wahyu kepada para Nabi dan Rasulnya dan untuk disampaikan kepada ummat-ummatnya, yang berupa kitab. Adapun kitab-kitab yang tercatat dan dapat kita ketahui yaitu ada 4 kitab diantaranya kitab Taurat diturunkan untuk Nabi Musa a.s., kitab Injil kepada Nabi Isa a.s., kitab Zabur kepada Nabi Daud a.s. dan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW. Kitab-kitab tersebut berisi petunjuk dan cahaya penerang bagi manusia. 
Al-Quran diturunkan kepada Nabi terahir yaitu Nabi Muhammad SAW yang memiliki beberapa keistimewaan dari kitab-kitab yang lain yaitu Al-Qura’an kitab terahir yang menyempurnakan kitab-kitab sebelumnya dan ajaranya akan tetap berlaku sepanjang masa dan tetap terjaga keasliannya oleh Allah SWT. Selain kitab-kitab diatas Allah juga menurunkan mushaf yang jumlah mushafnya itu 100 mushaf.
beriman kepada Kitab-Kitab Allah. Yakni percaya bahwa Allah menurunkan kitab-kitab kepada para rasul dalam papan atau lewat lidah malaikat. Al-Quran dan kitab suci lainnya berisi apa yang ditunjukkan oleh sifat qadim yang ada pada Allah[3]
Misalnya saat anda mendengar ayat:
"Dan janganlah kamu mendekati zina". (QS Al Isra' : 32)
Dari ayat tersebut, anda tahu larangan untuk mendekati zina. Seandainya tabir disirnakan, maka anda tahu larangan tersebut dari sifat Allah langsung. Dengan demikian, yang ditunjukkan mushaf Al-Quran sama dengan yang ditunjukkan sifat kalam Allah.

C.    Iman kepada Rasul Allah
Beriman kepada rasul yakni kita meyakini bahwa Allah SWT. telah mengutus para Nabi dan para Rasul Allah SWT mewajibkan atas setiap orang-orang beriman untuk percaya kepada  rasul-rasul-Nya tanpa membedakan antara yang satu dengan yang lainnya. Apabila seseorang sudah beriman kepada sebagian rasul dan mengingkari sebagian yang lain, maka ia jelas menjadi orang kafir. Setiap ummat mempunyai rasul, tidak ada satu umat pun dalam suatu masa kecuali semuanya dikirimkan rasul oleh Allah SWT, yang bertugas mengajak mereka untuk berbakti kepada Allah SWT menuju jalan yang benar sekaligus menjadi pemimpin mereka[4]
Ada beberapa rasul yang termasuk dalam golongan rasul ulul azmi yaitu Muhammad SAW, Nuh As, Ibrahim AS, Musa As, dan Isa AS. Ulul azmi maksudnya teguh sekali hatinya dan segala cita-citanya dikejar dengan segenap tenaga yang dimilikinya sehingga akhirnya tercapai.
Setiap rasul diberikan mu’jizat oleh Allah SWT sebagai salah satu bukti dari kerasulannya. Mu’jizat adalah suatu luar biasa yang menyalahi kebiasaan-kebiasaan umat manusia yang diberikan oleh Allah kepada para rasul-Nya. Janis mu’jizat yang diberikan oleh Allah SWt kapada tiap rasul-Nya itu berbeda-beda sesuai dengan keadaan kaumnya masing-masing.
Perlu kita ketahui bahwa jumlah keseluruhan para  nabi  menurut satu riwayat adalah 124.000 Nabi. Sementara para rasul keseluruhan berjumlah 313 orang. Dari sekian banyak Nabi dan Rasul, yang wajib kita ketahui hanya 25 saja.
Jadi dapat disimpulkan bahwa beriman kepada para Rasul Allah yaitu mempercayai bahwa Allah mengutus banyak utusan kepada manusia, yakni Rasul-rasul yang memang diutus langsung oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak manusia. 
D.    Iman kepada Hari Akhir
Iman kepada hari akhir berati kita percaya akan adanya hari  Akhir/Kiamat, yang dimana pada hari itu bumi dan seluruh isinya dihancurkan oleh penciptanya, dan manusia bagai anai-anai yang bertebaran. Pada hari itu tidak ada satu orangpun yang selamat dari peristiwa yang sangat dahsyat itu, dan ketahuilah bahwa hanya amal perbuatanlah yang akan menyelamatkannya. Maka dari itu kita sebagai umat islam wajib menyakini adanya hari kiamat/ hari akhir.
Percaya kepada rukun hari kiamat merupakan salah satu dari rukun iman dan merupakan bagian yang penting dari beberapa bagian akidah. Dimana hari kiamat merupakan hari dimana hancurnya semua alam semesta ini beserta isinya,dan bumi akan berubah tidak seperti bumi yang sekarang ini dan selanjutnya alloh SWT akan menciptakan alam lain yang disebut dengan alam akhirat. Alam dimana semua manusia dibangkitkan dan dihisab segala amal perbuatan yang telah dilakukan selama hidup di dunia[5]
Amal perbuatan yang telah dilakukan manusia selama hidup di dunia akan menetukan kondisi saat dia dibangkitkan, ada yang dibangkitkan dalam kondisi yang sempurna, kurang sebagian, dan berbagai jenis kondisi lainnya sesuai dengan kadar amal perbuatannya di dunia.
Seperti yang dijelaskan Allah dalam firmannya yaitu dalam surat Al-Qari’ah ayat 1-11.

E.     Iman kepada Qadha dan Qadar
           Allah SWT adalah maha pencipta yang bebas. Dia mengatur segala sesuatu dengan kebijaksanaan dan kehendakNya sendiri. Allah berfirman “ segala sesuatu itu disisi Allah adalah dengan ketentuan Takdir ” (Q.surat Ar_Rad ayat 8 )[6]
           Makna yang nyata dari Takdir yaitu bahwa Allah SWT. membuat beberapa ketentuan, peraturan dan undang-undang yang diterapkan, peraturan dan undang-undang yang diterapkan untuk segala sesuatu yang ada, dan segala sesuatu yang ada itu pasti akan berlaku, berjalan tepat dan sesuai dengan apa-apa yang telah dipastikan dalam ketentuan, aturan dan peraturan tersebut. Allah berfirman dalam Qs. Surat Yasiin ayat 37-40.            
           Kita wajib beriman kepada takdir. Iman kepada takdir merupakan sebagian dari kepercayaan atau aqidah yang harus ditanamkan dengan sebenar-benarnya didalam hati setiap muslim. Dalam hal takdir tidak ada pengertian paksaan. Takdir itu sama sekali tidak boleh dianggap sebagai jalan untuk bertawakkal yang tidak sewajarnya, tidak boleh pula dijadikan sebab untuk melakukan kemaksiatan, bahkan tidak boleh diartikan sebagai suatu paksaan Tuhan kepada seseorang hambaNya, tetapi sebaliknya yaitu bahwa takdir haruslah dianggap sebagai jalan untuk mentahkikkan tujuan-tujuan atau cita-cita yang besar dari sekian banyak amal perbuatan yang besar pula.
           Adapun hikmah beriman kepada takdir yaitu memberikan pelajaran kepada manusia bahwa segala sesuatu yang ada dalam alam semesta ini hanya akan berjalan sesuai dengan kebijaksanaan yang telah digarisakan oleh Dzat yang maha tinggi. Oleh sebab itu, jika ia tertimpa musibah ia tidak akan menyesal, juga ketika tertimpa pertolongan dan keuntungan dia tidak bergembira sehingga lupa daratan.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Haqiqah secara harfiah, haqiqah berarti “yang nyata”.”yang benar” dan “yang sejati”. Sesuatu diketahui hakikatnya ketika telah menunjukan kepastianya yang telah tetap , sehingga tidak dapat diingkari lagi. Para pakar ilmu hakikat (ilmu tasawuf) menjelaskan bahwa hakikat adalah konsep –konsep yang tumbuh mengakar di dalam hati berupa kejelasan-kejelasan dan ketersingkapan hal-hal samar (goib), rahasia wujud. Ini merupakan pemberian Allah untuk hamba-hambanya, sebagai kemuliaan (keramat) bagi mereka yang dengan ini dapat sampai pada kebajikan dan ketaatan. Hakikat adalah kesadaran batin bahwa Allah-lah satu-satunya Dzat yang menggerakan segala sesuatu, menunjukan dan menyesatkan jalan, memuliakan dan menghinakan, memberikan bantuan dan menelantarkan memberi kekuasaan dan mencabutnya. Segala yang baik dan buruk berguna dan berbahaya, iman dan kufur, kebodohan dan kejelasan, semua tarjadi da nada karena ditentukan oleh Allah.
Rukun Iman adalah suatu hal yang harus dipercayai dan diyakini oleh seorang muslim, ada 6 rukun iman yang wajib diyakini oleh umat muslim yakni : iman kepada Allah, iman kepada Malaikat Allah, iman kepada Kitab-kitab Allah, iman kepada Rasul Allah, iman kepada Hari Akhir serta iman kepada Qadha dan Qadhar.
Oleh sebab itu sebagai seorang muslim kita wajib meyakini adanya Allah SWT, dan beriman kepada-Nya. Kita juga harus mengimani Malaikat-malaikat-Nya, yakni kita percaya bahwa para malaikat itu memang benar adanya, yang diutus langsung oleh Allah SWT. dengan tugasnya masing-masing, selanjutnya kita harus beriman kepada kitab-kitab Allah SWT. dan percaya bahwa Allah SWT. telah menurunkan kitab suci-Nya kepada para rosul melalui malaikat, mempercayai adanya para rosul Allah yang diutus langsung oleh Allah untuk menyampaikan wahyu yang telah Allah berikan kepadanya, mempercayai akan adanya hari akhir, dan yakin kepada qadha dan qadhar ( takdir) yang telah ditetapkan Allah kepada kita.
Jadi barang siapa yang meyakini rukun iman tersebut maka ia akan selamat, dan barang siapa yang menolaknya maka ia akan sesat dan merugi. Iman akan terealisasi dengan pembenaran dan pengakuan yang mendalam terhadap rububiyatullah (bahwa Allah adalah pengatur, pemelihara, dan penjaga) dan rukun iman lainnya. Nabi Muhammad menjelaskan bahwa keimanan tidak akan kokoh dan mengakar dalam diri seorang muslim, kecuali jika ia menjadi manusia yang baik dan menghindari egoisme, rasa dendam, kebencian, dan kedengkian. Ia menghendaki kebaikan dan kebahagiaan untuk orang lain, sebagaimana ia menginginkan kebaikan dan kebahagian untuk dirinya sendiri[7]
B.     Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis senantiasa dengan lapang dada menerima bimbingan dan arahan serta saran dan kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan makalah berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

DEPAG. 2015.  Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta : CV Darus Sunnah
Sabiq, Sayyid. 1982, Aqidah Islam,Bandung: CV Diponegoro
Musthafa Dr, Al-Buqha. Dan Misto, muhyiddin. 2002. Syarah Arbain Nawawiyah: pokok-pokok Ajaran Islam, Jakarta : Rabbani Press





[1] Dr. Musthafa Al-buqha dan Muhyiddin Misto, Syarah Arbain Nawawiyah, (Jakarta: Rabbani Press, 2002), hlm 127
[2] Dr. Musthafa Al-buqha dan Muhyiddin Misto, ibid., hlm 21

[5] Sayyid Sabiq, Aqidah Islam  (Bandung : CV Diponegoro 1982)
[6] DEPAG, Al-Qur’an dan Terjemahannya. (Jakarta : CV Darus Sunnah, 2015)
[7] Dr. Musthafa Al-buqha dan Muhyiddin Misto, Syarah Arbain Nawawiyah, (Jakarta: Rabbani Press, 2002), hlm 127

Komentar

  1. Terimakasih, mantap!
    HAQIQAH IMAN WASSAMROTUHU ( Esensi iman dan buah dari iman), untuk buah dari iman sendiri tampaknya belum dikemukakan secara detail.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Salam dan Istishna

Prospek dan Strategi Perbankan Syari'ah di Indonesia