Makalah Haqiqah Iman Wassamrotuhu
MAKALAH
HAQIQAH
IMAN WASSAMROTUHU
Disususn sebagai tugas dari Mata Kuliah Islam dan
ke-MA-an
Dosen
pengampu: Ir. H. Jihaduddin, M.Pd

Oleh:
·
Rifa Atun Nisa
·
Mumun Mu’awanah
·
Wenika Sugia R.
FAKULTAS
AGAMA
UNIVERSITAS
MATHLA’UL ANWAR BANTEN
Akademik Tahun 2015/1016
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT, sumber segala nikmat dan karunia yang tiada tara,
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya terhadap cipataan-Nya. Shalawat
serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, manusia
pilihan yang telah memerikan cahaya kepada manusia dan alam semesta sampai
akhir zaman.
Berkat
rahmat dan hidayah Allah SWT, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan meskipun
masih banyak kekurangan. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
pada mata kuliah Islam dan
ke-MA-an.
Penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan untuk itu segala kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini.
Menes, 17 Maret 2016
penyusun
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Belakang Masalah......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah........................................................................ 1
C.
Tujuan Penulisan.......................................................................... 2
D.
Manfaat
penulisan........................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Haqiqah Iman............................................................. 3
B.
Iman kepada
Allah swt................................................................. 6
C.
Iman kepada
Malaikat Allah........................................................ 7
D.
Iman kepada
Kitab-kitab Allah.................................................... 8
E.
Iman kepada
Rosul Allah........................................................... 10
F.
Iman kepada Hari
Akhir............................................................. 11
G.
Iman kepada
Qadha dan Qadhar............................................... 12
BAB III PENUTUP
A.
Simpulan..................................................................................... 14
B.
Saran........................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Rukun Iman adalah suatu hal yang harus dipercayai dan
diyakini oleh seorang muslim, karna sebagai seorang muslim kita wajib meyakini
adanya Allah SWT, dan beriman kepada-Nya. Kita juga harus mengimani malaikat-malaikat-Nya,
yakni kita percaya bahwa para malaikat itu memang benar adanya, yang diutus
langsung oleh Allah SWT. dengan tugasnya masing-masing, selanjutnya kita harus
beriman kepada kitab-kitab Allah SWT. dan percaya bahwa Allah SWT. telah menurunkan
kitab suci-Nya kepada para rosul melalui malaikat, mempercayai adanya para
rosul Allah yang diutus langsung oleh Allah untuk menyampaikan wahyu yang telah
Allah berikan kepadanya, mempercayai akan adanya hari akhir, dan yakin kepada
qadha dan qadhar yang telah ditetapkan Allah kepada kita.
Oleh karna itu, kita sebagai umat muslim wajib
mengamalkan ke enam rukun iman tersebut. agar keimanan yang kita miliki semakin
bertambah.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa yang
dimaksud dengan rukum iman ?
2.
Apa yang
dimaksud dengan iman kepada Allah ?
3.
Apa yang
dimaksud dengan iman kepada Qadha dan Qadhar ?
4.
Apa yang
dimaksud dengan iman kepada hari akhir ?
C. Tujuan
Penulisan
1.
Untuk memenuhi
tugas dari Mata Kuliah Islam dan ke-MA-an
2.
Untuk menambah
pengetahuan tentang iman kepada Allah
3.
Untuk
mendapatkan pemahaman tentang iman kepada Qadha dan Qadhar
4.
Untuk memahami
tentang iman kepada hari akhir
D. Manfaat
Penulisan
1.
Mendapat
pengetahuan tentang pengertian rukun iman
2.
Mendapat
pemahaman tenatng iman kepada Allah
3.
Dapat memehami
tentang iman kepada Qadha dan Qadhar
4.
Dapat mengetahui
penjelasan dari iman kepada hari akhir
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian
Haqiqah secara harfiah, haqiqah berarti “yang nyata”.”yang benar” dan
“yang sejati”. Sesuatu diketahui hakikatnya ketika telah menunjukan kepastianya
yang telah tetap , sehingga tidak dapat diingkari lagi. Para pakar ilmu hakikat
(ilmu tasawuf) menjelaskan bahwa hakikat adalah konsep –konsep yang tumbuh
mengakar di dalam hati berupa kejelasan-kejelasan dan ketersingkapan hal-hal samar (goib), rahasia wujud.
Ini merupakan pemberian Allah untuk hamba-hambanya, sebagai kemuliaan (keramat)
bagi mereka yang dengan ini dapat sampai pada kebajikan dan ketaatan. Hakikat
adalah kesadaran batin bahwa Allah-lah satu-satunya Dzat yang menggerakan
segala sesuatu, menunjukan dan menyesatkan jalan, memuliakan dan menghinakan,
memberikan bantuan dan menelantarkan memberi kekuasaan dan mencabutnya. Segala
yang baik dan buruk berguna dan berbahaya, iman dan kufur, kebodohan dan
kejelasan, semua tarjadi da nada karena ditentukan oleh Allah.
Dalam
hal ini hakikat dimaksudkan dengan tingkatan seseorang mengamalkan agama ini,
serta kedalaman seseorang dalam menjalankan agama untuk tujuan sebenarnya. Dari
sisi pengetahuan agama dan pengamalanya, maka hakikat berarti pemahaman
seseorang akan arti menjalankan agama ini dan mengenal tujuan agama ini bagi
manusia yaitu dapat menghadirkan dirinya sebagai hamba yang sadar akan Tuhanya,
sehingga dapat menampilkan dirinya sebagai ideal Allah.
Dari segi bahasa iman berarti tashdiq atau
membenarkan, sedangkan menurut istilah syara’ iman adalah tashdiq bil qolbi
atau membenarkan dengan hati semua pengakuan akan hal tersebut dengan lidah
atau lisan. Seperti:
a.
Keberadaan Allah
sebagai Maha Pencipta, dan tidak ada sesuatu pun yang menjadi sekutu bagi-Nya
b.
keberadaan
Makhluk Allah yaitu Malaikat, mereka adalah hamba Allah yang dimulikan, yang
tidak pernah melakukan maksiat dan selalu melakukan perintah Allah.
c.
Keberadaan
seluruh kitab samawi yang diturunkan oleh Allah dan meyakini bahwa kitab-kitab
tersebut merupakan syari’at Alla.
d.
Keberadaan
seluruh rasul yang telah dipilih dan diutus oleh Allah untuk membimbing umat
manusia.
e.
Keberadaan hari
kiamat
f.
Keberadaan
takdir
Iman akan terealisasi dengan pembenaran dan pengakuan
yang mendalam terhadap rububiyatullah
(bahwa Allah adalah pengatur, pemelihara, dan penjaga) dan rukun iman lainnya.
Nabi Muhammad menjelaskan bahwa keimanan tidak akan kokoh dan mengakar dalam
diri seorang muslim, kecuali jika ia menjadi manusia yang baik dan menghindari
egoisme, rasa dendam, kebencian, dan kedengkian. Ia menghendaki kebaikan dan kebahagiaan
untuk orang lain, sebagaimana ia menginginkan kebaikan dan kebahagian untuk
dirinya sendiri[1]
Rasulullah saw bersabda:
“kamu mencintai
sesuautu (kebaikan) untuk saudaramu sebagaimana kamu mencintai untuk dirimu
sendiri, dan membenci untuk sesuatu (keburukan) untuk mereka sebagaimana kamu
membenci dirimu sendiri” (HR. Ahmad)
Rukun diibaratkan seperti tiang iman bagi setiap
mukmin, maka seseorang yang belum memiliki atau tidak percaya dengan adanya
rukun iman maka tidak diakui sebagai
seorang mukmin. Dengan kata lain, orang tersebut dianggap sebagai orang kafir.
Konsekuensinya dari penggolongan seseorang sebagai kafir adalah orang tersebut
akan kekal didalam neraka.
Setelah mengenal rukun
iman secara sekilas, kini saatnya kita bahas masing-masing rukun iman
satu persatu secara mendetail.
Allah berfirman dalam surat An-Nisa : 136
“Wahai
orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan
kepada kitab yang telah Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kepada kitab
yang telah Allah turunkan sebelumnya. Barang siapa yang kafir kepada
Allah, Malaikat-malaikat-Nya,
Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, dan hari kiamat, maka sungguh ia telah sesat
sejauh-jauhnya.”[2]
B. Iman kepada
Allah
Iman kepada Allah
mencermikan hubungan paling mulai antara manusia dengan Penciptanya. Hal ini
dikarenakan makhluk yang paling mulia di muka bumi adalah manusia, dan sesuatu
yang ada di dalam diri manusia yang paling mulia adalah hatinya, sedangkan
sesuatu yang ada di dalam hati yang paling mulia adalah keimanan.
Sebagaimana iman tercermin dalam bentuk cinta (kepada
Allah dan Rasul-Nya), maka keimanan juga tercermin di dalam jihad meninggikan
kalimat Allah dan berjuang meninggikan bendera kebenaran, menghentikan
kezaliman dan kerusakan di bumi. Pengaruh dan dampak iman akan tampak dengan
jelas dalam rasa takut kepada Allah.
“Sesungguhnya
yang takut kepada
Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama.” (Fathir
:28)
Untuk menjadi seorang mukmin, setiap orang harus mengenal Allah SWT.
terlebih dahulu. Mengenal Allah SWT. sebagai tuhan yang kita sembah.
Iman kepada
Allah yakni percaya bahwa Allah esa zat-Nya, sifat dan perbuatan-Nya. Sebagian
ulama berkata: "Iman kepada Allah ada empat rukun, yaitu percaya kepada
kuasa Allah, percaya kepada takdir, sama sekali tidak merasa memiliki daya
upaya, meminta tolong kepada Allah dalam seluruh hal." Demikian disebutkan
dalam 'Awarif Al Ma'arif.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa kita
sebagai umat islam wajib mempercayai adanya Allah, mempercayai akan zat-Nya yang
esa, dan mengetahui sifat-sifat wajib bagi Allah, sifat mustahil dan sifat jaiz
bagi Allah SWT.
A. Iman kepada
Malaikat Allah
Makna dari beriman kepada malaikat adalah kita harus
menyakini bahwa Allah telah menciptakan para malaikat, dan meyakini bahwa :
a.
Malaikat
bukanlah seorang laki-laki ataupun perempuan
b.
Malaikat tidak
makan dan minum
c.
Malaikat tidak
tidur
d.
Malaikat tidak
menikah, dan tidak memiliki hawa nafsu
e.
Malaikat adalah
makhluk yang paling mulia diantara makhluk yang lainnya, karna malaikat selalu patuh
dan taat atas apa yang diperintahkan Allah kepadanya.
Sebagai mana firman Allah dalam surat Al-Baqarah : 34.
Artinya:”Dan (ingatlah) ketika kami berfirman kepada
para Malaikat : “ sujudlah kamu kepada
Nabi Adam, “ maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur maka
ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.”
beriman
kepada para malaikat Allah. Yakni percaya bahwa makhluk alam atas yang berupa
cahaya itu adalah hamba-hamba Allah, tidak sebagaimana dikatakan orang kafir:
"Malaikat adalah anak wanita Allah"
B. Iman kepada
kitab Allah
Iman yang ketiga merupakan iman
kepada kitab – kitab allah .beriman disini bermakna meyakini bahwa segala
sesuatu yang Allah SWT. turunkan adalah kalam Allah yang bersifat azaly dan
qadim yang berada pada zatnya dan tidak bersuara. Singkatnya, kita harus
meyakini bahwa kalam tersebut bukanlah makhluk, bukan ciptaan, melainkan
menyatu dengan dzat Allah SWT
Allah SWT
menurunkan wahyu kepada para Nabi dan
Rasulnya dan untuk disampaikan kepada ummat-ummatnya, yang berupa kitab. Adapun kitab-kitab yang tercatat dan dapat kita ketahui
yaitu ada 4 kitab diantaranya kitab Taurat diturunkan untuk Nabi Musa a.s., kitab Injil
kepada Nabi Isa a.s., kitab Zabur kepada Nabi Daud
a.s. dan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW. Kitab-kitab tersebut berisi
petunjuk dan cahaya penerang bagi manusia.
Al-Quran diturunkan kepada Nabi terahir yaitu Nabi Muhammad SAW yang memiliki beberapa keistimewaan dari kitab-kitab yang lain
yaitu Al-Qura’an kitab terahir yang menyempurnakan kitab-kitab sebelumnya dan
ajaranya akan tetap berlaku sepanjang masa dan tetap terjaga keasliannya oleh Allah SWT. Selain kitab-kitab diatas Allah juga menurunkan mushaf
yang jumlah mushafnya itu 100 mushaf.
beriman
kepada Kitab-Kitab Allah. Yakni percaya bahwa Allah menurunkan kitab-kitab
kepada para rasul dalam papan atau lewat lidah malaikat. Al-Quran dan kitab
suci lainnya berisi apa yang ditunjukkan oleh sifat qadim yang ada pada
Allah[3]
Misalnya
saat anda mendengar ayat:
"Dan janganlah kamu
mendekati zina". (QS Al Isra' : 32)
Dari ayat
tersebut, anda tahu larangan untuk mendekati zina. Seandainya tabir disirnakan,
maka anda tahu larangan tersebut dari sifat Allah langsung. Dengan demikian,
yang ditunjukkan mushaf Al-Quran sama dengan yang ditunjukkan sifat kalam Allah.
C. Iman kepada
Rasul Allah
Beriman kepada rasul yakni kita meyakini bahwa Allah SWT. telah mengutus
para Nabi dan para Rasul Allah SWT
mewajibkan atas setiap orang-orang
beriman untuk percaya kepada rasul-rasul-Nya tanpa membedakan antara yang satu dengan yang lainnya. Apabila seseorang sudah beriman kepada sebagian rasul dan mengingkari sebagian yang lain, maka ia jelas menjadi orang
kafir. Setiap ummat mempunyai rasul, tidak
ada satu umat pun dalam suatu masa kecuali semuanya dikirimkan rasul oleh Allah SWT, yang bertugas mengajak mereka untuk berbakti kepada Allah SWT menuju jalan yang benar sekaligus menjadi pemimpin mereka[4]
Ada beberapa rasul yang termasuk dalam golongan rasul
ulul azmi yaitu Muhammad SAW, Nuh As, Ibrahim AS, Musa As, dan Isa AS. Ulul
azmi maksudnya teguh sekali hatinya dan segala cita-citanya dikejar dengan
segenap tenaga yang dimilikinya sehingga akhirnya tercapai.
Setiap rasul diberikan mu’jizat oleh Allah SWT sebagai salah satu bukti dari kerasulannya. Mu’jizat adalah suatu luar
biasa yang menyalahi kebiasaan-kebiasaan umat manusia yang diberikan oleh Allah kepada para rasul-Nya. Janis mu’jizat
yang diberikan oleh Allah SWt kapada
tiap rasul-Nya itu berbeda-beda sesuai dengan
keadaan kaumnya masing-masing.
Perlu kita ketahui bahwa jumlah keseluruhan para nabi
menurut satu riwayat adalah 124.000 Nabi. Sementara para rasul
keseluruhan berjumlah 313 orang. Dari sekian banyak Nabi dan Rasul, yang wajib
kita ketahui hanya 25 saja.
Jadi dapat
disimpulkan bahwa beriman kepada para Rasul Allah yaitu mempercayai bahwa Allah
mengutus banyak utusan kepada manusia, yakni Rasul-rasul yang memang diutus
langsung oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak manusia.
D. Iman kepada
Hari Akhir
Iman kepada hari akhir berati kita percaya akan adanya
hari Akhir/Kiamat, yang dimana pada hari
itu bumi dan seluruh isinya dihancurkan oleh penciptanya, dan manusia bagai
anai-anai yang bertebaran. Pada hari itu tidak ada satu orangpun yang selamat
dari peristiwa yang sangat dahsyat itu, dan ketahuilah bahwa hanya amal
perbuatanlah yang akan menyelamatkannya. Maka dari itu kita sebagai umat islam
wajib menyakini adanya hari kiamat/ hari akhir.
Percaya kepada rukun hari kiamat merupakan salah satu
dari rukun iman dan merupakan bagian yang penting dari beberapa bagian akidah.
Dimana hari kiamat merupakan hari dimana hancurnya semua alam semesta ini
beserta isinya,dan bumi akan berubah tidak seperti bumi yang sekarang ini dan
selanjutnya alloh SWT akan menciptakan alam lain yang disebut dengan alam
akhirat. Alam dimana semua manusia dibangkitkan dan dihisab segala amal
perbuatan yang telah dilakukan selama hidup di dunia[5]
Amal
perbuatan yang telah dilakukan manusia selama hidup di dunia akan menetukan
kondisi saat dia dibangkitkan, ada yang dibangkitkan dalam kondisi yang
sempurna, kurang sebagian, dan berbagai jenis kondisi lainnya sesuai dengan kadar
amal perbuatannya di dunia.
Seperti yang dijelaskan Allah dalam firmannya yaitu
dalam surat Al-Qari’ah ayat 1-11.
E. Iman kepada
Qadha dan Qadar
Allah SWT adalah maha pencipta yang bebas. Dia mengatur segala sesuatu dengan
kebijaksanaan dan kehendakNya sendiri. Allah berfirman
“ segala sesuatu itu disisi Allah adalah dengan ketentuan Takdir ” (Q.surat Ar_Rad ayat 8 )[6]
Makna yang nyata dari Takdir yaitu bahwa Allah SWT. membuat beberapa ketentuan, peraturan dan
undang-undang yang diterapkan, peraturan dan undang-undang yang diterapkan
untuk segala sesuatu yang ada, dan
segala sesuatu yang ada itu pasti akan berlaku, berjalan tepat dan sesuai dengan apa-apa yang telah dipastikan dalam ketentuan,
aturan dan peraturan tersebut. Allah berfirman dalam Qs. Surat
Yasiin ayat 37-40.
Kita
wajib beriman kepada takdir. Iman kepada takdir merupakan sebagian dari
kepercayaan atau aqidah yang harus ditanamkan dengan sebenar-benarnya didalam
hati setiap muslim. Dalam hal takdir tidak ada pengertian paksaan. Takdir itu
sama sekali tidak boleh dianggap sebagai jalan untuk bertawakkal yang tidak
sewajarnya, tidak boleh pula dijadikan sebab untuk melakukan kemaksiatan,
bahkan tidak boleh diartikan sebagai suatu paksaan Tuhan kepada seseorang
hambaNya, tetapi sebaliknya yaitu bahwa takdir haruslah dianggap sebagai jalan
untuk mentahkikkan tujuan-tujuan atau cita-cita yang besar dari sekian banyak
amal perbuatan yang besar pula.
Adapun hikmah
beriman kepada takdir yaitu memberikan pelajaran kepada manusia bahwa segala
sesuatu yang ada dalam alam semesta ini hanya akan berjalan sesuai dengan
kebijaksanaan yang telah digarisakan oleh Dzat yang maha tinggi. Oleh sebab
itu, jika ia tertimpa musibah ia tidak akan menyesal, juga ketika tertimpa
pertolongan dan keuntungan dia tidak bergembira sehingga lupa daratan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Haqiqah secara harfiah, haqiqah berarti
“yang nyata”.”yang benar” dan “yang sejati”. Sesuatu diketahui hakikatnya
ketika telah menunjukan kepastianya yang telah tetap , sehingga tidak dapat
diingkari lagi. Para pakar ilmu hakikat (ilmu tasawuf) menjelaskan bahwa
hakikat adalah konsep –konsep yang tumbuh mengakar di dalam hati berupa
kejelasan-kejelasan dan ketersingkapan hal-hal samar (goib), rahasia wujud.
Ini merupakan pemberian Allah untuk hamba-hambanya, sebagai kemuliaan (keramat)
bagi mereka yang dengan ini dapat sampai pada kebajikan dan ketaatan. Hakikat
adalah kesadaran batin bahwa Allah-lah satu-satunya Dzat yang menggerakan
segala sesuatu, menunjukan dan menyesatkan jalan, memuliakan dan menghinakan,
memberikan bantuan dan menelantarkan memberi kekuasaan dan mencabutnya. Segala
yang baik dan buruk berguna dan berbahaya, iman dan kufur, kebodohan dan
kejelasan, semua tarjadi da nada karena ditentukan oleh Allah.
Rukun Iman
adalah suatu hal yang harus dipercayai dan diyakini oleh seorang muslim, ada 6
rukun iman yang wajib diyakini oleh umat muslim yakni : iman kepada Allah, iman
kepada Malaikat Allah, iman kepada Kitab-kitab Allah, iman kepada Rasul Allah,
iman kepada Hari Akhir serta iman kepada Qadha dan Qadhar.
Oleh sebab
itu sebagai seorang muslim kita wajib meyakini adanya Allah SWT, dan beriman
kepada-Nya. Kita juga harus mengimani Malaikat-malaikat-Nya, yakni kita percaya
bahwa para malaikat itu memang benar adanya, yang diutus langsung oleh Allah
SWT. dengan tugasnya masing-masing, selanjutnya kita harus beriman kepada
kitab-kitab Allah SWT. dan percaya bahwa Allah SWT. telah menurunkan kitab suci-Nya
kepada para rosul melalui malaikat, mempercayai adanya para rosul Allah yang
diutus langsung oleh Allah untuk menyampaikan wahyu yang telah Allah berikan
kepadanya, mempercayai akan adanya hari akhir, dan yakin kepada qadha dan
qadhar ( takdir) yang telah ditetapkan Allah kepada kita.
Jadi barang siapa yang
meyakini rukun iman tersebut maka ia akan selamat, dan barang siapa yang
menolaknya maka ia akan sesat dan merugi. Iman akan terealisasi dengan
pembenaran dan pengakuan yang mendalam terhadap rububiyatullah (bahwa Allah adalah pengatur, pemelihara, dan
penjaga) dan rukun iman lainnya. Nabi Muhammad menjelaskan bahwa keimanan tidak
akan kokoh dan mengakar dalam diri seorang muslim, kecuali jika ia menjadi
manusia yang baik dan menghindari egoisme, rasa dendam, kebencian, dan
kedengkian. Ia menghendaki kebaikan dan kebahagiaan untuk orang lain,
sebagaimana ia menginginkan kebaikan dan kebahagian untuk dirinya sendiri[7]
B. Saran
Penulis
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis
senantiasa dengan lapang dada menerima bimbingan dan arahan serta saran dan
kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
DEPAG. 2015. Al-Qur’an
dan Terjemahannya, Jakarta : CV Darus Sunnah
Sabiq,
Sayyid. 1982, Aqidah Islam,Bandung:
CV Diponegoro
Musthafa
Dr, Al-Buqha. Dan Misto, muhyiddin. 2002. Syarah
Arbain Nawawiyah: pokok-pokok Ajaran Islam, Jakarta : Rabbani Press
Terimakasih, mantap!
BalasHapusHAQIQAH IMAN WASSAMROTUHU ( Esensi iman dan buah dari iman), untuk buah dari iman sendiri tampaknya belum dikemukakan secara detail.